Iklan

Maleo News
Thursday, September 3, 2015, 1:01:00 PM WIB
Last Updated 2019-03-25T18:00:34Z
catatan harian

Finalis Lomba Debat Nasional

Advertisement
jhon miduk sitorus
Jhon Miduk Sitorus sedang beradu argumen dengan Okky Fauzy
dalam Lomba Debat mahasiswa nasional HUT PAN 2015
Pada tanggal 15 agustus 2015, aku mengikuti lomba debat nasional antar mahasiswa yang diadakan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dalam rangka menyambut ulang tahun PAN yang ke-17 pada bulan agustus ini. Kami ada 16 orang yang menjadi finalis lomba debat nasional. Sebelum jadi finalis, kami diseleksi terlebih dahulu lewat tulisan/essay yang dikirim lewat email ke panitia lomba debat yang akan di selenggarakan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN.

Dari ribuan mahasiswa yang mengirimkan essaynya ke panitia, hanya ada 16 orang yang terpilih, saya adalah salah satunya, bersama 15 teman yang lain dari :
1.    Adi Cahyono (Univ.Palangkaraya)
2.    Bobby Gilang (Kutai, Kalimantan Timur)
3.    Rizki Suwanda (Aceh)
4.    Adyan Coga Guci (Univ.Jambi) 
5.    Taradhinta Suryandari (UGM, Yogyakarta)
6.    Rico Pahlawan (Unair, Surabaya)
7.    Ariel Afrido (UPI, Bandung)
8.    Bora Alviolesa (Univ. Muh. Palembang)
9.    Muhammad Ilham Karim (ITB, Bandung)
10.Muhammad Saeful (UI, Depok)
11.Azizul Husni Mubarok (UNPAD, Bandung)
12.M Bayu Erdiansyah (UNM, Malang)
13.Rio Martin (STEI SEBI)
14.Made Kevin (Univ.Telkom)
15.Muhammad Oky Fauzi (UMY)

Jhon Miduk Sitorus
Para Peserta Debat Mahasiswa nasional HUT PAN 2015

Pengumuman finalis diakukan oleh panitia lewat email pada tanggal 13 agustus 2015, sore hari. Itu hanya pengumuman saja,belum penyampaian mosi (pilihan topic yang akan diperdebatkan). Mosi baru disampaikan saat sudah malam jadi, persiapan untuk bertarung dalam debat tersebut hanya ada waktu 1 hari 2 malam sebelum terjun ke lapangan debat.
Walaupun persiapan waktu yang diberikan hanya 1 hari saja, aku tetap senang karena bisa mewakili kampus aku dan masuk dalam finalis lomba debat tersebut dan bisa menyisihkan ratusan mahasiswa sebelumnya.
Jhon Miduk Sitorus
Jhon Miduk Sitorus Bersama Arya Bima (Walikota Bogor)
Malam hari, aku melakukan persiapan dengan mencari informasi tentang mosi yang diberikan sebanyak-banyaknya. Karena waktu yang mepet banget, jadi aku mencari sumber yang relevan lewat internet. Sebenarnya aku tidak serius-serius banget karena takut nantinya terlalu fokus  dan geregetan juga bisa menyebabkan hal-hal yang tidak aku inginkan.
Aku membayangkan siapa nanti lawan debatku. Aku membayangkan seperti apa nanti aku akan menghadapi mereka yang jago-jago berbicara, sementara aku tidak keren-keren banget soal debat dan berbicara terutama dalam bidang politik. Aku hanya bermodalkan sering menulis di blog dan di Koran serta membaca dan menonton berita. Selain itu tidak ada. Aku juga membayangkan dimana nanti akan menginap dan hal apa yang akan saya dapatkan dari lomba debat tersebut.
Peserta Debat bersama Ridwan Kamil, Walikota Bandung

Aku berdoa dan memohon kepada Tuhan agar diberikan keberanian dan mental yang kuat untuk menghindari demam panggung nantinya. Pada tanggal 15, aku langsung ke kantor DPP PAN. Dengan membawa ransel yang lumayan besar (persediaan baju, laptop, buku-buku dan sepatu) untuk persiapan menginap 2 hari 3 malam, aku naik transjakarta menuju ke kantor DPP PAN. Saat mencari kantor DPP PAN, aku agak kesal karena susahnya mencari kantor DPP PAN. Aku sempat search di google, tetapi kantor DPP PAN yang baru sepertinya belum ada di google atau di blog pribadi dan gratisan sekalipun.
Akhirnya, dari halte pertanian, aku sempat memesan go-jek, tetapi karena abang go-jeknya lama, aku jadinya mesan ojek yang biasa. Tetapi harganya sangat mahal dan minta ampun dah. Abangnya minta Rp 65.000,00, kan kampret banget. Akhirnya dengan proses tawar menawar yang sangat ketat, jadilah harga ojek Rp 45.000,00. Lumayan deh kan hehehe.
Sampai di kantor DPP PAN, aku tiba-tiba diteleponin seseorang, fans atau pacar? Boro-boro pacar, ternyata tukang gojek yang tadi yang sempat aku pesan. Katanya
“pak, lagi dimana, saya sudah mutar-mutar di halte pertanian tiga kali,kok tidak ada?”
“lho, maaf pak saya tadi sudah lama nunggunya, jadi saya naik ojek biasa, nanti saya kabarin langsung ke bapak saja ya” ya, masa aku harus nunggu go-jeknya sampe berjam-jam?
“oooh, yauda pak, ga apa-apa!”, mungkin bapak itu agak pasrah karena rezeki Rp 15.000,00 telah hilang seketika. Aku juga menyesal dikit tetapi, ya bagaimana sudah begini.
Di kantor DPP PAN, yang katanya kantor pusat tetapi lebih mirip rumah pribadi, tapi rumahnya besar juga, bisa untuk resepsi pernikahan. Sambil menunggu segala sesuatu yang berhubungan dengan lomba debat, aku sekalian kenala dengan beberapa orang yang ada diruangan itu. Pertama kali berkenalan dengan Rio Martin (STEI BEI), trus ada Ariel yang berasal dari UPI Bandung. Dan beberapa teman debat yang lainnya.
jhon miduk sitorus
Jhon Miduk Sitorus bersama Zulkifli Hasan,
Ketua MPR sekaligus Ketua Umum PAN
Beberapa saat kemudian, ada seorang kader PAN yang menjemput kami untuk dilobby dulu ke hotel. Hotelnya lumayan dan waaah,.. bintang 4 bro. Kita akan menginap di Darmawangsa Plaza hotelnya. Briefing sebentar dan meninggalkan tas atau barang bawaan untuk dititipkan nantinya ke pihak keamanan hotel.
Kembali ke kantor DPP PAN, kita dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu. Selesai makan, yang mau sholat pada sholat terlebih dahulu dan kita langsung briefing yang berikutnya. Panitian menjelaskan mekanisme lomba debat dan peraturan yang harus dipatuhi selama debat berlangsung. Peraturannya tidak ribet, simple dan mudah dimengerti jadi semua peserta langsung iya-iya saja. Pada nunduk-nunduk semuanya.
jhon miduk sitorus
Sehabis PAN Award, ceria bersama teman-teman yang berasal dari
berbagai kampus di seluruh Indonesia
Akhirnya, tibalah pada sesi debat, dimana aku akan benar-benar adu argument dengan orang-orang terbaik dari seluruh kampus. Saat pembagian group, aku masuk ke grup C dengan lawan debat Adyan Coga Guci (Universitas Jambi), Bora Alviolesa (Universitas Muhammadyah Palembang), dan Rico Pahlawan (Unair Surabaya). Ini adalah babak penyisihan grup jadi aku harus bertarung sebanyak tiga kali, semuanya mendapatkan jatah yang sama.
Debat pertama melawan Adyan Coga Guci di ruang tiga. Temanya debat adalah tentang “hak imunitas DPR”, kebetulan aku bertindak sebagai pihak kontra. Jadi, aku tidak terlalu sulit untuk merangkai kata apa yang harus aku ucapkan, serta UU, pasal-pasal dan teori yang aku susun untuk mengalahkan lawan debat. Aku menang dalam sesi pertama. Demikian juga dengan sesi kedua yang bertemakan otonomi kepengurusan partai politik serta sesi yang ketiga tentang desentralisasi partai politik. Semua sesi aku babat habis semua dengan kemenangan sehingga aku menjadi pemilik poin tertinggi dan berhak untuk maju ke babak berikutnya (8 besar) keesokan harinya.
jhon miduk sitorus
Bersama mas Adi Cahyono, Universitas Palangkaraya
Aku sebenarnya kurang percaya dengan apa yang aku dapatkan. Tetapi, itulah perlu aku syukuri karena itu adalah berkat Tuhan yang tak terhitung dan tak ternilai sebelumnya. Sekitar pukul 22.00 WIB, debat penyisihan group selesai dan kita makan di restaurant. Aku udah lapar banget, jadi setiap makanan yang disodorkan ke depan aku, pasti aku makan dan lahap habis. Lagian, “jarang-jarang bisa makan banyak dan seenak ini kan” hehehe.
Habis makan, perut udah terisi dengan campuran makanan yang sudah menumpuk, jadi jalan ke mobil yang bawain pulang harus pelan-pelan, takut keselek hehe. Nggak terasa sudah jam 00.00, weewww padahal besok pagi harus debat lagi. Karena udah kemalaman, aku tidak mandi, takut penyakitan “kata orang-orang begitu”. Aku akhirnya langsung tidur dan teman aku satu kamar (Bora) masih aja mandi, (mungkin dia kuat aja kali ya hehe). Sebelum tidur, aku pasang alarm tepat jam 04.30 agar aku sempat untuk membahas mosi yang akan diperdebatkan nantinya.
Alarm bunyi “kriiing……….kringgggggggg……kringgggggg!”
“hmmmpphmmmmm,……..” aku yang masih saja kedinginan karena AC kamar yang super dingin.

Aku akhirnya dengan terpaksa cuci muka dan sikat gigi sambil berkaca,
“apa hari ini gue makin ganteng? Apalagi gue sedang ada dihotel bintang 4?”
“oooohhh, ternyata sama saja dengan muka yang ada dikosan,…..bedanya Cuma suasananya”
Masih ngantuk sedikit, tetapi aku tetap memaksakan diri untuk membahas mosi berikutnya untuk lomba siang nanti. Satu persatu mosinya aku analisis lewat sumber yang ada di mbah google. Memang mbah google ini paling setia menjawab keluh kesah aku sejak aku mengenal dunia internet, apalagi sejak kuliah.
Pukul 07.30 WIB, kita briefing di lobby untuk menuju ketempat yang berikutnya dan mencari tempat untuk breakfast. Alhasil ,kita masih bisa makan di KFC, syukur deh bisa makan daripada dikosan kan ngeluarin duit buat makan aja mikir 1000 kali.
Beberapa jam kemudian, kita sudah sampai di balai Resital Kartanegara, di Jakarta Selatan. Disini, kita yang masuk ke perdelapan final akan dipertarungkan hingga ke babak final serta seremony PAN award. Ke-8 peserta kembali diundi untuk menentukan siapa melawan siapa, dengan ketentuan juara grup di pot 1 dan runner up grup di pot dua. Aku akhirnya bertemu dengan mas Muh. Okky Fauzy (UMY Yogyakarta). Kebetulan kita berada di sesi perempat final pertama, dan langsung mendapatkan mosi. Mosi debatnya adalah “RUU Pasal penghinaan Presiden” dimana aku berada di pihak pro. Jadi, agak berat memang memperdebatkan mosi tersebut terutama berada dipihak yang pro. Debat berlangsung dengan sengit dan aku akhirnya kalah.
jhon miduk sitorus
Para Penerus Bangsa masa depan

Hingga sore, kegiatan debat menyisahkan dua orang hebat yaitu Muhammad Saeful (UI, Depok) dan Muhammad Ilham Karim (ITB, Bandung). Merekalah yang menjadi pewarna di acara PAN Awardyang berlangsung pada malam harinya. Debat keduanya berlangsung sengit dan dimenangkan oleh Muhammad Saeful dan berhak mendapatkan hadiah sesuai dengan yang ditentukan.
jhon miduk sitorus
Hidup Mahasiswa
Banyak cerita yang aku dapatkan dari mereka-mereka saat kompetisi sedang berlangsung. Semuanya menyisakan kenangan yang tak terlupakan untukku karena mereka adalah orang-orang hebat yang memiliki kepribadian unik dalam diri mereka masing-masing. Sampai jumpa kembali wahai sahabatku.