Iklan

Maleo News
Tuesday, November 24, 2015, 12:29:00 AM WIB
Last Updated 2019-03-25T18:00:31Z
ArtikelBeritacatatan harian

Aku Hidup Bersama Sekolah Bersama Yuk

Advertisement
Anak-anak sedang mendengarkan arahan dari kakak pengajar
di Sebersy. sumber : dokumen pribadi. 
Perkenalkan, nama saya Jhon Miduk Sitorus, seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ekonomi. Pengalaman volunteer (kerelawanan) saya terhadap sesama belum bisa dikatakan apa-apa karena saya masih sedikit memberikan pengorbanan yang berarti kepada mereka yang membutuhkan. Tetapi, sedikit dari apa yang telah aku lakukan, ada satu hal yang paling berkesan selama saya menjadi seorang relawan untuk komunitas Sekolah Bersama Yuk (Sebersy) di kampong Ceger, Bogor pada tahun 2015 ini.

 Sejak aku bergabung dengan Komunitas Sebersy di pertengahan tahun 2015, mata batinku benar-benar terbuka untuk mengerti apa sebenarnya hidup ini dan pentingnya menjadi seorang sukarelawan bagi mereka yang membutuhkan. Di Kampung Ceger, Bogor, Jawa Barat, disanalah aku menemukan betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak yang akan menjadi pilar penyokong bangsa ini. Disana pula aku menemukan bahwa belum semua anak mampu menikmati pendidikan seperti apa yang telah saya rasakan hingga saat ini. Meski terdengar dekat dengan pusat ibu kota, tetapi tidak jaminan bahwa mereka telah mampu menikmati pendidikan yang layak. Di Kampung Ceger juga aku menemukan masih banyak orang tua yang masih buta aksara. Hal ini jugalah yang semakin membuat hatiku bersama teman-teman ingin memberantas buta huruf yang baik bagi orang tua maupun anak-anak yang ada disana.
Meski jarak tempat tinggalku dari Jakarta Timur ke Bogor terasa sangat jauh, hal itu tidak mematahkan semangatku untuk setidaknya bertatap muka dengan adik-adik yang saya rindukan setiap harinya. Waktu pertemuan kami untuk belajar memang sangat minim, kami hanya memanfaatkan hari minggu saja untuk bertemu dan belajar selama beberapa jam. Begitu juga dengan fasilitas yang ada saat ini, semuanya serba minim, tetapi tempat yang demikian sudah membuat kami nyaman untuk tetap belajar dan berbagi dengan adik-adik di sana.
Selama kami melakukan kegiatan kesukarelawanan, ternyata sangat banyak juga anak-anak yang tertarik untuk diajari oleh kami yang masih kurang berpengalaman ini. Anak-anak sangat antusias mulai dari usia dua tahun hingga belasan tahun, semuanya bersatu dan berkumpul di markas Sebersy untuk mendapatkan sesuap pengetahuan dari kami. Alangkah senangnya melihat mereka bisa tersenyum bahagia. Senyum mereka menggambarkan betapa hausnya mereka terhadap dunia pendidikan.
Beberapa dari antara anak-anak tersebut, ada yang memang tidak sekolah sama sekali dengan alasan tidak memiliki biaya untuk sekolah dan ingin menafkahi keluarga sendiri. Umurnya sudah lebih dari 11 tahun, mereka sudah mulai remaja dan sudah mulai mencari apa sebenarnya arti hidup ini. Bagi yang tidak sekolah sama sekali, mereka dengan gigih tanpa mengenal waktu berusaha menafkahi keluarga mereka dengan berbagai cara, ada yang mengamen dijalanan, ada yang memulung sampah, sampai menjadi kuli ringan bangunan. Sungguh miris ketika saya mendengar cerita mereka.
“Saya anak paling besar, jadi kalo saya sekolah, adik-adik saya tidak bisa sekolah, penghasilan orang tua saya tidak cukup,” ungkap salah satu dari mereka.
Aku tak tahu harus memberi apa, sedangkan saya belum memiliki materi yang cukup. Aku hanya bisa memberi semangat sembari meyakinkan mereka bahwa kita akan berusaha membantu mereka. Khusus bagi mereka yang sama sekali tidak sekolah, kita memberikan bimbingan intensif secara khusus dengan menjadi guru bagi mereka setiap hari minggu dengan maksud agar anak tersebut bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) paket C. Dengan demikian, mereka juga bisa mendapatkan izajah kelulusan Sekolah Dasar (SD).
Bagi mereka yang bersekolah formal, proses belajar mengajar tetap kami lakukan seperti biasanya. Kami biasanya membagi kelas-kelasnya di beberapa kamar yang tersedia berdasarkan kelompok umur, umur 2-5 tahun berada di kamar 1, umur 6-10 tahun berada di kamar 2, dan umur lebih dari 11 berada dikamar 3. Aku kebetulan dipercaya oleh komunitas untuk membimbing anak-anak yang berusia 2-5 tahun dan tentu saja mereka masih belum bisa membaca, menulis, dan menghitung dengan baik dan benar.
Meski mereka masih berusia balita, tetapi rasa ingin tahu mereka sangat luar biasa saat aku mengajak mereka untuk menulis atau membaca sesuatu yang belum mereka ketahui. Tidak mudah memang untuk mengajar anak balita, tetapi tingkah laku mereka yang lucu dan penuh dengan “mencari perhatian” menjadikan aku menjadi lebih sayang, lebih ramah, serius untuk mendidik mereka. Keterbukaan dan kemauan serta kasih sayang itu adalah kunci utama aku untuk mendidik mereka.
Untuk beberapa moment seperti hari kemederdekaan Republik Indonesia, hari Pahlawan, Hari Kartini dan sebagainya, kami membuat beberapa lomba yang berhubungan dengan moment tersebut. Tidak lupa juga kami mengajak para orang tua dari para anak-anak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba. Hal ini kami lakukan untuk setidaknya mengingatkan mereka akan cinta tanah air dan nasionalisme kepada bangsa Indonesia. Untuk lomba yang seperti ini, kami mengadakannya di ruangan terbuka yang ada disekitar Kampung Ceger.
 
Tampak anak-anak sedang antusias
mengikuti lomba HUT RI ke-70 di ruangan
 terbuka
sumber : dokumen pribadi
Selesai mengajar, kami biasanya mendahulukan berdoa kemudian memberikan seuatu serta kepada mereka agar mereka merasa betah dan nyaman untuk berkumpul kembali di Sebersy. Kami memberikan beberapa makanan ringan sambil disalimi oleh anak-anak kecil yang masih berhati polos tetapi memiliki kemauan dan tekad untuk sukses dimasa depan. Duuh, senangnya mendidik mereka.

Setelah itu, kami juga biasanya mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang berjalan. Evaluasi tersebut dimaksudkan untuk perbaikan kekurangan proses serta peningkatan mutu untuk kedepannya. Tidak kalah menarik, komunitas Sebersy juga merupakan komunitas yang padat karya dan kreatif karena kami mendaur ulang kembali barang-barang bekas seperti bekas tempat susu, bekas botol minuman, bekas kain yang tidak terpakai menjadi produk yang padat karya seperti dompet, tas, boneka dan lain-lain. Beberapa dari karya yang kami hasilkan telah dibeli dan dipesan oleh pembeli dari luar kota. Bahkan ada juga yang memesan karya kreatif untuk kado pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain.

Tak luput juga, Sebersy mengadakan lomba
HUT RI antar orang tua.
Sumber :dokumen pribadi
Itulah ceritaku tentang kegiatan volunteering di komunitas Sebersy. Disana aku bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan, disana aku bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang bisa saling berbagi untuk kepentingan anak-anak tanpa pamrih.  Disana aku menemukan bahwa hidup itu tidak hanya sekedar bagaimana untuk mencari sesuatu, tetapi bagaimana untuk memberikan sesuatu kepada orang lain. Kita memiliki karena kita memberi terlebih dahulu. Harapanku, semoga mereka kelak menjadi anak-anak yang sukses sesuai dengan cita-cita terbaik mereka, karena itulah kebanggaan kami, para sukarelawan untuk anak-anak Kampung Ceger.
<div align="center"><a href="http://www.ivh.or.id" rel="nofollow" title="IVD2015"><img src="http://i68.tinypic.com/n7yw6.jpg" alt="IVD2015" style="border:none;" /></a></div>