Iklan

Maleo News
Monday, December 29, 2014, 12:25:00 PM WIB
Last Updated 2019-03-25T18:00:54Z
catatan harian

ANCAMAN ISIS, WAKTUNYA JOKOWI BIKIN RAME

Advertisement
       

       Mungkin anda masih mengingat kata-kata “mari kita bikin rame” ketika proses kampanye pemilihan presiden tahun 2014 sedang berlangsung. Itu adalah ungkapan dari Presiden terpilih yang menjadi sebuah jargon bagi para pendukung sejak dia pertama kali mengucapkannya saat berdebat secara resmi dengan lawan politiknya Prabowo Subianto. Sekilas orang melihat tidak mungkin semudah ucapan Joko Widodo dan untuk apa perlu diramekan? Pernyataan “kita bikin rame” jika ada sengketa dengan Indonesia dari pihak manapun seakan meminta tumbal tentang pembuktian kata-kata dari Presiden asal kota Solo ini. Salah satu tumbal itu adalah ancaman ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) oleh panglima perangnya lewat video yang menyatakan akan datang ke Indonesia dan membangun kekalifahan sesuai dengan keinginan mereka. Kita tahu selama ini ISIS begitu brutal dan terkenal sangat tidak manusiawi yang mengatasnamakan Islam. 

Pemimpin ISIS tersebut bahkan mengajak TNI, Polisi, dan seluruh rakyat Indonesia yang mengindahkan Pancasila untuk berperang. Tentu hal ini merupakan sebuah ujian yang sangat serius mengingat Negara sekaliber Iraq saja belum bisa mengatasi kekuasaan kelompok ini. Negara Iraq bahkan harus menyerah dibeberapa wilayah Negara mereka sendiri termasuk menyerahkan ladang minyaknya kepada ISIS sehingga ISIS mendapatkan pasokan sumber daya minyak yang melimpah, begitu juga dengan persenjataan, ISIS bahkan telah memiliki senjata-senjata canggih dan lebih canggih dari apa yang dimiliki Indonesia. Keteguhan rakyat Indonesia terutama pihak keamanan Republik Indonesia akan benar-benar diuji oleh sebuah organisasi yang brutal dan tidak berperikemanusiaan.
Sebagai Negara Islam terbesar di Dunia, ISIS melihat sebuah investasi yang menggiurkan dalam segi sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya yang sangat mendukung untuk dimanfaatkan bagi kelangsungan kekalifahan dan pasokan pemegang senjata mengingat Indonesia adalah salah satu sarang Islam radikal terbesar di dunia setelah timur tengah. Bukan hal yang sulit bagi mereka untuk mempengaruhi para pemuda-pemudi di Indonesia agar mau bergabung dengan mereka. ISIS bahkan sanggup membayar 2 kali lipat lebih dari pada apa yang didapatkan oleh rakyat Indonesia dalam jangka waktu yang sama, apalagi rakyat Indonesia selama ini cenderung suka mengatasnamakan aksi mereka berihad akan semakin memotivasi sebagian kalangan untuk mengikuti aliran ini.

Indonesia menghadapi sebuah penjajah baru yang mengerikan, yang mengatasnamakan diri mereka kalifah Islamiyah yang sebenarnya. Siapa yang tidak mau mengikuti kehendak ajaran mereka, niscaya akan dieksekusi dengan senapan yang dipanggul oleh masing-masing anggota. Anda bisa saja dijadikan sebagai target untuk latihan menembak bagi anggota ISIS yang baru atau mungkin jadi budak seks mereka jika anda adalah seorang wanita yang masih belia. Tidak ada rasa ampun kecuali kematian. Pilihan hanya ada dua, mau mengikuti ISIS atau mati. Jika anda adalah orang yang dianggap penting, cara mati anda akan lebih sadis, anda akan terlebih dahulu dikenalkan dan diabadikan dalam sebuah video, kemudian leher anda akan digorok hingga kerongkongan anda benar-benar terpisah. Video tersebut akan dikirimkan ke pihak yang bersangkutan dengan anda, termasuk keluarga anda dan pemerintah anda.
Ujian ini sungguh merupakan sebuah ujian emosional bagi pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla. Baru berjalan 2 bulan, sudah menghadapi berbagai ancaman dan ini adalah yang sangat serius karena mempertaruhkan seluruh jiwa dan kepribadian bangsa kita. Janji Jokowi patut ditunggu soal penanganan masalah internasional. kebijakannya sangat diperlukan dan sangat ditunggu secara tegas seperti yang telah dilakukan pada kasus yang sebelumnya kepada masalah yang lazimnya susah untuk ditoleransi. Kapal-kapal asing pencuri ikan dengan tegas-tegas dibom begitu saja oleh Jokowi, mafia migas dan TKI benar-benar diberantas, sekarang giliran ISIS yang harus gigit jari melihat keberingasan Jokowi dalam masalah pertahanan keamanan dan kedaulatan bangsa serta konstitusi kita.
Tidak ada pilihan lain selain memerangi secara langsung dan terbuka. TNI dan kepolisian serta lembaga kemasyarakatan harus bekerja sama. Terutama masyarakat kita sendiri, karena logikanya masyarakat lebih banyak perbandingannya daripada penegak keamanan dan hukum kita. Masyarakat adalah benteng yang paling kuat dalam menghadapi segala masalah. TNI dan Polisi serta lembaga lainnya tidak akan mampu berdiri tanpa masyarakat. Kita harus mendukung kebijakan pemerintahan baru yang sedang aktif-aktifnya bekerja, kita lihat menteri-menteri yang sudah bekerja banyak untuk rakyat walau baru masih seumur balita. Kita harus bersuka cita melihat bagaimana kinerja mereka-mereka dibanding dengan para pendahulunya, termasuk presiden dan wakil presidennya yang tidak mau tinggal diam. Mudah-mudahan langkah awal ini memberikan hasil yang baik bagi perkembangan bangsa kita.

Pertahanan dan keamanan akan memberikan andil yang besar bagi ancaman yang mendebarkan ini. keresahan rakyat jangan sampai menimbulkan kesengsaraan bagi para generasi bangsa kita ini. Kabinet kerja yang dibentuk oleh Jokowi akan mampu “membikin rame” kelompok yang ekstremis ini sampai ke akar-akarnya bila perlu. Ini juga menjadi ajang pertunjukan seni berperang Indonesia bagi dunia, Indonesia mampu memerangi ISIS dan akan menghacurkan kekalifahan yang mengatasnamakan Islam murni tersebut. Semoga Indonesia mampu merajamkan segala sesuatu yang berusaha menggoyahkan Pancasila. GAM sudah kita taklukkan, OPM sudah berlutut, APRA sudah angkat tangan, PKI sudah terhempaskan, sekarang giliran ISIS yang akan bertekuk lutut di bawah bendera merah putih dan Pancasila kita.