Iklan

Maleo News
Saturday, February 7, 2015, 9:00:00 PM WIB
Last Updated 2019-03-25T18:00:51Z
catatan harian

Bangga Memilih Jokowi

Advertisement
           
           Saya adalah salah satu orang yang hampir setiap hari mengikuti perjalanan hidup Joko Widodo sejak saya mengenal beliau baik dari media sosial, media on-line, Koran, televisi, bahkan gossip-gosip yang terdengar dari tetangga sebelah. Sejak proses kampanye pemilihan umum presiden 2014 dimulai, banyak wacana yang memang terdengar begitu manis dan masuk akal bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat menengah kebawah. Sebagian rakyat percaya dengan langkah ajaib yang telah ditempuh oleh Joko Widodo selama menjadi walikota di Solo dan menjadi Gubernur di DKI Jakarta. Saat itu, hampir semua pihak mendambakannya menjadi pemimpin Negara ini. Pihak yang lain menginginkan lawan politiknya, Prabowo menjadi pemimpin Negara ini karena orangnya yang “katanya” tegas dan “katanya” berwibawa.


Harapan tentu lebih condong ke pundak pemimpin kurus yang dijuluki wong Ndeso ini karena terkenal begitu merakyat dan sangat dekat dihati rakyat. Kita bisa melihat popularitasnya bisa terbangun hingga ke seantero dunia hanya dalam periode waktu 2012-2015. Jauh beda dengan Prabowo yang telah mulai membangun popularitas sejak tahun 1996, itupun polpularitas itu dibarengi dengan berbagai kontroversi. Sebuah prestasi yang mengejutkan bagi seorang pemimpin yang “katanya” tidak rupawan tetapi kepemimpinannya diperhitungkan diseluruh dunia. Kita bisa melihat bagaimana Joko Widodo menata keadaan masyarakat Solo dan Jakarta sedemikian rupa, beliau hanya melakukan pendekatan sederhana dalam mencapai sebuah mufakat dengan pedagang kaki lima. Jurus “makan siang” sangat ampuh dan ribuan PKL mampu direlokasi dan tempat bekas PKL bisa ditata sedemikian rupa. Sebuah tindakan yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Bagi “tetangga sebelah” mereka tidak suka atau bahkan sangat anti dengan pemimpin yang pernah menjadi walikota terbaik nomor 3 di dunia ini. Pluralitas yang dibangunnya dalam birokrat dan dalam kegiatan apapun menjadi hal yang memang sulit diakui oleh mereka sebagai alasan untuk menunjukkan sebuah kelemahan Joko Widodo. Pernah saya mendengar tetangga sebelah  mengatakan bahwa “Jokowi itu tidak tegas, tidak gagah, tidak berwibawa!”. Sebuah kata-kata yang sebenarnya menusuk mereka sendiri dari belakang karena mereka belum mengerti hakikat tegas. Atau barangkali tetangga sebelah  berpikir “ pemimpin itu harus mantan militer, biar disegani oleh Negara!”. Toh sama sekali tidak terbukti, Jokowi jelas saya katakan lebih tegas dari pemimpin lainnya. Mungkin tetangga sebelah itu sudah tahu apa saja yang pernah dilakukan oleh Joko Widodo, tetapi memang faktanya, Jokowi belum pernah ikut berperang ke mengangkat senjata secara langsung ke luar sana. Maaf-maaf saja, bukan pemimpin seperti itu yang dicari untuk memajukan Indonesia ini.
Jokowi bukan berperang dengan senjata, tetapi beliau berperang dengan sebuah rasa rendah hati dan kasih yang selalu melekat pada dirinya. Menegakkan hukum tanpa pandang bulu, menegakkan keadilan sosial, kearifan local, humanisme yang berdasarkan perikemanusiaan. Jika tetangga sebelah sudah tahu tentang prestasi Jokowi karena memang begitu banyak prestasi beliau yang tidak bisa dihitung satu persatu. Tetapi, tetangga sebelah begitu sulit untuk mengakuinya karena kegagahan pemimpin yang telah lama menduda dan tidak jelas bagaimana status keluarganya.
Saat ini, setelah 100 hari Jokowi-JK menjadi pemimpin Negara ini, banyak pihak yang mengatakan bahwa era Jokowi tidak akan berlangsung dengan lama mengingat berbagai kisruh internal yang terjadi di dalam Negara Indonesia. Terutama tetangga sebelah yang sangat anti dengan Jokowi, mereka tentu tertawa terbahak-bahak sambil meminum secangkir kopi sembari mengangkat salah satu kaki. Aroma kopinya begitu harum membuat banyak pendukung Jokowi yang beralih pikiran dan dukungan. Mereka telah tersengat oleh aroma kopi tetangga sebelah dan ingin menyiram saya dengan seduhan air panasnya. Mereka mengatakan “ saya menyesal pilih jokowi”, “salah gigit jari”. Tetapi saya tidak, saya lebih baik menikmati aroma kopi saya sendiri. Saya tidak mengharapkan hujan disiang bolong. Saya masih tetap bangga dengan beliau yang telah mampu melakukan sejumlah perubahan besar dalam tubuh NKRI.
Saya bisa mengatakan pemerintahan Jokowi berjalan sukses meski banyak kerikil-kerikil tajam yang menusuk langkah kakinya. Namun, langkahnya tetap tegap, tidak menyerah, dan selalu berhati-hati dalam menentukan pilihan. Setelah BBM sempat dinaikkan, kini kembali diturunkan seiring dengan turunnya harga minyak dunia yang menyentuh US$ 50/Barel. Beliau langsung memulai pembangunan irigasi di berbagai daerah di Indonesia, terutama wilayah Indonesia Timur, pembangunan relokasi bagi korban bencana Sinabung, korban longsor di Jawa Tengah, dan lain-lain. Jokowi juga langsung tanggap terhadap jatuhnya pesawat Air Asia pada Desember 2014 silam dan membuat Negara hadir disetiap penderitaan rakyatnya. Presiden mana yang bisa seperti ini?  siapa yang bisa menirunya untuk blusukan, berjabat tangan dengan petani-petani, nelayan, pekerja perbatasan, buruh, dan lain-lain. Well, mungkin tetangga sebelah  telah malu memiliki presiden seperti Joko Widodo karena begitu sederhana dan diterima oleh masyarakat manapun. Mereka malu karena mereka tidak bisa berbuat demikian. Ya memang susah untuk mengikuti cara blusukan yang telah dilakukan oleh Joko Widodo. Gesit, Lincah, cerdas, merakyat, dan tidak kenal lelah. Paspampres saja kewalahan untuk menjaga Joko Widodo dari kerumunan dalam mengantisipasi tindakan yang tidak diinginkan. Pernah pada bulan Januari 2015, Perdana Menteri Malaysia mengikuti program “blusukan” yang telah dilakukan oleh Joko Widodo, tapi apa yang di dapatkan? Yang ada Perdana Menteri Malaysia tersebut pingsan karena tidak kuat menahan letih dan harus di rawat dirumah sakit. Apalagi dengan pemimpin idaman tetangga sebelah, yang gendut dan berjalan lambat, saya yakin akan kewalawan jika diajak blusukan. Lihat saja selama ini, berapa kalikah Prabowo blusukan?   Hampir tidak pernah, kecuali saat pencalonan presiden, “ sungguh sebuah pencitraan!”.
Oke,  Blusukan memang bukan parameter seorang pemimpin sejati dalam menentukan sukses tidaknya seorang pemimpin. Banyak hal lain yang bisa saya pertimbangkan untuk membanggakan Joko Widodo, eksekusi 6 terpidana mati kasus Narkoba yang di dominasi oleh orang luar negeri menjadi salah satu bukti ketegasan yang sangat mahal bagi sejarah hukum Indonesia. Anda bisa bayangkan jika seorang raja Belanda dan Presiden Brasil memohon kepada presiden Indonesia agar warga negaranya jangan di eksekusi, tetapi Jokowi tidak mengindahkan itu. Jokowi tetapi melaksanakan hukum yang berlaku di Negara Indonesia tanpa pandang bulu. Siapapun yang melanggar, jelas segera di hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sejak Jokowi terpilih, pembangunan pelabuhan Tol Laut telah mulai dilaksanakan agar melancarkan peredaran barang-barang diseluruh Negara Indonesia. Begitu juga dengan berbagai pasar-pasar tradisional yang telah mulai dibangun dan bahkan beberapa dari pasar tersebut telah diresmikan oleh Joko Widodo sendiri. Bantuan kepada petani, kesehatan, pendidikan menjadi contoh kecil dari bukti konkret atau gerak cepat kepemimpinan Joko Widodo.
Ketika berpidato di forum APEC akhir tahun 2014 kemarin, Pidato Jokowi begitu antusias di dengar oleh para pemimpin Negara anggota APEC serta para CEO dari seluruh perusahaan ternama di dunia. bahkan setelah selesai berpidato dan turun dari mimbar, semuar CEO dan pemimpin Negara anggota APEC langsung berebut untuk meminta foto bersama (selfie).
Hampir semua orang tidak tahu pada zaman pemerintahan SBY dan pemimpin sebelumnya, ikan-ikan di perairan laut Indonesia ternyata telah dicuri dan Indonesia mengalami kerugian 300 Trilyun pertahunnya. Setelah era pemerintahan Jokowi, baru kasus ini terungkap dan Jokowi dengan tangkas menghacurkan kapal asing menangkap ikan  di perairan teritorial Indonesia.. sebuah langkah yang sangat tegas karena belum pernah terjadi seperti ini atau bahkan pemimpin tetangga sebelah yang katanya Macan Asia belum pernah melakukan karya yang demikian atau setidaknya bernilai sama.
Kisruh yang terjadi di internal Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) perlahan-lahan mulai memudar seiring dengan berbagai pendekatan yang telah dilakukan oleh Joko Widodo. Begitu juga dengan urusannya dengan para anggota DPR yang mulai mereda seiring dengan kemelut yang terjadi di tubuh POLRI dan KPK. Pencalonan Budi Gunawan memang sarat kontroversi karena rekening gendut yang dimiliki. Namun, perlahan tapi pasti, pelantikan tersebut diundur hingga dibatalkan dan akan diganti dengan kandidat yang lain. demikian juga dengan kisruh yang berada di dalam tubuh KPK VS Polri, pendekatan-pendekatan strategis telah dilakukan dan sudah akan menemui titik terang ditambah dengan bantuan dari tim-9 yang dibentuk oleh Jokowi sendiri.
Ada pepatah yang mengungkapkan “kasihilah musuhmu, seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”. Jokowi benar-benar menerapkan ini. Sebagaimana beliau berbesar hati dengan mengadakan pertemuan dengan rival politiknya untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di Negara Indonesia ini. berbeda dengan pemimpin yang sebelumnya, SBY tidak pernah akrab dengan Megawati. Begitu juga dengan hubungan Jokowi dengan SBY, Jokowi tetap berendah hati untuk menerima saran-saran yang penting dan masukan-masukan bagi perkembangan Negara ini. tak luput juga mantan presiden Habibie, mantan wakil presiden Boediono dan tokoh-tokoh nasional lainnya agar menampung ide-ide yang lebih banyak untuk tujuan bersama. Jokowi merangkul siapapun tanpa mengenal latar belakang partai politik. Berbesar hati, rendah hati, menghormati pendapat orang lain menjadi sebuah aklak yang tidak bisa dihapuskan dari jati diri Joko Widodo. Sangat sulit bagi seseorang untuk merangkul lawan politik demi membangun sebuah visi kenegaraan. Ini adalah sebuah fenomena yang sangat langka dalam dunia perpolitikan Indonesia maupun Internasional.
Soal kisruh internal partai PDI-P yang sedang hangat sekarang menjadi salah satu tantangan berat Jokowi. Satu sisi beliau harus memperjuangkan hak rakyat, satu sisi beliau harus memperjuangkan hak politik sebagai anggota partai. Tetapi, jokowi tetap seorang Jokowi. Yang melakukan pendekatan interpersonal maupun intrapersonal yang sangat sempurna sehingga mampu meredam berbagai konflik yang terjadi di internal PDI-P. Jokowi tahu harus berbuat apa demi kepentingan rakyat, sesuai dengan janjinya. Bagi tetangga sebelah boleh ditunggu kebijakan Jokowi yang lebih tegas lagi.
Ketegasan adalah sebuah kepastian dalam diri Joko Widodo. Takkan pernah saya meragukan kepemimpinan beliau, meski terkesan lambat bagi tetangga sebelah, tetapi itu adalah sebuah proses yang harus dilalui. Semua kebijakan yang bermuara kepada kepentingan rakyat akan terasa dihantam oleh goncangan terlebih dahulu baru buahnya terasa manis. Sampai suatu saat nanti, yang mengatakan “saya menyesal memilih Jokowi” akan kembali menyesal dengan mengatakan “saya menyesal berpaling dari Jokowi”. Biarkan presidenku bekerja dengan kemampuannya, rakyat yang mengontrol dan perlu merendahkan dan melecehkan sana-sini. Biarkan pemimpin saya membuktikan bahwa masih banyak yang perlu dibenahi di dalam Negara ini dan lihatkan pemimpin anda yang belum memiliki karya nyata bagi bangsa dan Negara sebagai seorang pemimpin. Hal-hal yang anda anggap sebagai ketidaktegasan Jokowi hari ini adalah sebuah proses untuk mencapai sebuah puncak kejayaan. Maju terus Presidenku, Ir. H. Joko Widodo. Aku masih bersamamu.

Penulis adalah seorang mahasiswa yang juga merupakan seorang penulis dan blogger.
Ikuti akun FB saya di : Jhon Miduk
Akun Twitter saya di : @jhonmiduk