Iklan

Maleo News
Friday, February 10, 2017, 1:12:00 AM WIB
Last Updated 2019-03-25T18:00:22Z
AsiaSejarah

Latar Belakang Pemberontakan Macan Tamil

Advertisement
Macan Tamil
Para Petinggi Liberation Tigers of Tamil Eelam
(Macan Tamil). Tampak ditengah sang pemimpin
Velupellai Prabhakaran.
Akar konflik modern selama seperempat abad lebih di Sri Lanka telah jauh ada pada masa pendudukan Portugis, Belanda, dan kemudian Inggris, saat mereka menguasai wilayah Sri Lanka atau sebelumnya bernama Ceylon.

Di pulau itu sejak lama memang terdapat warga etnis Sinhala, warga etnis Tamil, dan warga Moor dalam jumlah yang kecil. Ketiga kelompok etnis itu datang dari daratan India sehingga cukup kuat dipengaruhi etnis-etnis induknya di India. Persengketaan antar kelompok etnis itu pun sudah sejak lama ada di India sehingga ikut juga menjalar ke Ceylon. Kerajaan-kerajaan yang berdiri mewakili kelompok etnis Sinhala dan kelompok etnis Tamil sering saling serang untuk mendapatkan wilayah kekuasaan yang lebih luas.

Akar konflik mulai membesar ketika Inggrismembangun kawasan-kawasan perkebunan teh, karet, tebu, dan kayu manis di kawasan perbukitan di tengah pulau Ceylonitu, yang dibarengi dengan didatangkannya para pekerja dari Tamil Nadu, India bagian selatan. Kedatangan warga Tamil India itu mengubah komposisi penduduk di Ceylon, dimana populasi warga Tamil meningkat pesat menjadi sekitar 10 persen dari seluruh populasi di Ceylon.

Warga Tamil sejak lama memang sudah ada di bagian utara dan timur Ceylon, tetapi sebelumnya jumlah mereka relatif sedikit. Kedatangan warga Tamil dari Nadu yang memeluk Hindu itu membuat warga Sinhala merasa terancam, apalagi penjajah Inggris kemudian memberikan tempat yang lebih baik untuk mereka, karena mereka dikenal sebagai pekerja keras yang tak banyak menuntut.

Inggris yang berusaha memperkenalkan demokrasi di Sri Lanka menyejajarkan kelompok etnis Tamil dengan kelompok etnis Sinhala dan kelompok etnis minoritas lainnya. Pada awalnya para pemimpil Tamil dan Sinhala bisa saling bekerja sama untuk mewujudkan otonomi lebih besar dengan membentuk Kongres National Ceylon. Namun kedua kelompok ini kemudian pecah karena para pemimpin Tamil menolak posisi mereka diminoritaskan dalam Kongres National Ceylon. Di sisi lain, sejumlah pemimpin Sinhala pun tidak puas hanya dengan mendapatkan otonomi lebih besar, dan menginginkan kemerdekaan bagi Ceylon. Perjuangan warga Sinhala itu dipelopori beberapa tokoh, antara lain Junius Richard Jayawardane, Don Stephen Senayake, dan Solomon Bandarnaike.
Sinnayake
D.S. Sinnayake, Perdana Menteri Sri Lanka Pertama

Kerusuhan antara kelompok etnis Sinhala dan kelompok etnis Tamil pecah pada 1939 ketika pimpinan warga tamil yang diwadahi dalam partai kongres Tamil dipegang oleh G.G. Ponnambalam. Ponnambalam yang menolak identitas Ceylon dan memperjuangkan identitas sendiri bagi warga tamil meminta jumlah kursi di parlemen yang sama dengan jumlah kursi warga Sinhala. Padahal, pada tahun 1931, populasi warga Tamil di Ceylon hanyalah 15 persen dari keseluruhan populasi Ceylon, sedangkan populasi warga Sinhala adalah 72 persen dari keseluruhan populasi. Tuntutan Ponnambalam itu pun ditolak otoritas penjajah Inggris, yang ingin menjadikan Ceylon sebagai negara demokratis dengan melampaui sentimen-sentimen etnis.

Untuk semakin memfokuskan upaya mendapatkan kemerdekaan, Sennayake pada tahun 1946 mendirikan Partai Persatuan Nasionalatau United National Party (UNP) yang nasionalis dengan didukung Pemerintah Inggris. Ketika pemilihan umum diselenggarakan pada 1947, Partai Persatuan Nasional hanya memenangi minoritas kursi di parlemen sehingga harus membentuk pemerintahan koalisi dengan partai Sinhala Maha Sabha pimpinan Solomon Bandaranaike, dan Partai Kongres Tamil yang dipimpin oleh Ponnambalam.

Pemerintah penjajah Inggris yang melihat adanya “pemerintahan persatuan” di Ceylon akhirnya memberikan kemerdekaan pada 4 Februari 1948. Sennayake menjadi perdana menteri pertama Sri Lanka. Hingga akhir hayatnya pada tahun 1952, Sennayake berusaha menghindarkan terjadinya konflik antara warga Sinhala dan warga Tamil.

Ketika Partai Persatuan Nasional dikalahkan pada Pemilu 1956 oleh Mahajana Eksath Peramuna, yang didalamnya merupakan koalisi Partai Kemerdekaan Sri Lanka (Sri Lanka Freedom Party) pimpinan Solomon Bandaranaike dan Partai Viplavakari Lanka Sama Samaja pimpinan Philiph Gunawardana, hubungan antara Sinhala dan Tamil pun mulai berubah.
Solomon Bandaranaike
Solomon Bandaranaike

Solomon Bandaranaike yang kemudian diangkan menjadi perdana menteri mengambil langkah drastis pada 1956, melalui apa yang disebut “Sinhala Only Act” dengan alasan untuk semakin “membedakan” pemerintahan Sri Lanka dari penjajah mereka dahulu, Inggris. Kebijakan itu menjadikan Sinhala sebagai satu-satunya bahasa resmi di Ceylon. Akibatnya, banyak warga Tamil yang semula bekerja di pemerintahan dipaksan mengundurkan diri Karena tidak memenuhi syarat bisa berbahasa Sinhala. Solomon Bandaranaike pun mendorong berbagai program lain untuk mengangkat kedudukan warga Sinhala dan pemeluk Buddha. 

Keputusan itu langsung disambut aksi protes para anggota parlemen dari kelompok etnis Tamil, yang kemudian meluas menjadi aksi kerusuhan warga Tamil di Sri Lanka. Sebaliknya, warga Sri Lanka yang diuntungkan oleh kebijakan Bandaranaike itu juga bangkit membela pemerintahannya dengan melancarkan gerakan anti-Tamil. Lebih dari 100 warga Tamil tewas ketika itu.

Aksi-aksi perlawanan terus dilakukan warga minoritas Tamil yang sejak lama menghuni kawasan dibagian utara dan timur pula Ceylon itu, tetapi kemudian dijawab dengan aksi yang lebih keras dari pemerintah Sinhala yang berkuasa. Kerusuhan berbagu etnis pun pecah pada 1958, menewaskan sedikitnya 200 warga Tamil dan membuat ribuan warga Tamil lainnya terpaksa mengungsi.

Suhu politik di Ceylon semakin panas dengan dibunuhnya Perdana Menteri Bandaranaike pada tahun 1959 oleh seseorang pendeta Buddha. Janda Bandaranaike, Srimavo, kemudian menjadi perdana menteri dan meneruskan program nasionalisasi, yang membuat warga Tamil kian tersudut karena kehilangan sejumlah “keistimewaan” yang semula mereka peroleh sebagai warisan dari penjajah Inggris.

Tamil Eelam
            Tak lama setelah nasionalisasi perusahaan minyak oleh pemerintah Ceylon. Pada tahun 1963 dokumen yang mulai menyebut pemisahan wilayah bagi warga Tamil, dengan sebutan negara “Tamil Eelam”, mulai tersebar. Pada saat itu, Anton Balasingham, seorang karwayan Komisi Tinggi Inggris di Kolombo, mulai terlibat dalam aktivitas separatisme. Dia lalu berimigrasi ke Inggris, dimana dia kemudian menjadi “otak” dari Macan pembebasan Tamil Eelam atau LTTE.
Veluphillai Prabhakaran Muda
Velupillai Prabhakaran Muda

Pada akhir 1960-an, sejumlah pemuda Tamil, termasuk diantaranya Velupillai Prabhakaran, terlibat dalam aktivitas-aktivitas demonstrasi warga Tamil. Mereka kemudian membentuk Macan Tamil Baru atau Tamil New Tiger (TNT) pada 1972, yang lebih berdasarkan ideologi berbasis ras dengan mengambil inspirasi dari millennium pertama kekaisaran Chola, kerajaan yang menjadi simbol kejayaan Tamil pada masa lalu. Simbol Macan yang digunakan pun diambil dari emblem kekaisaran tersebut.

Pergantian nama Ceylon menjadi Sri Lanka pada 1972 oleh Perdana Menteri (PM) Sirimavo Bandaranaike, dan ditetapkannya agama Buddha sebagai agama resmi negara, semakin meminoritaskan warga Tamil. Ibarat bola salju, gerakan warga Tamil Ceylon itu pun semakin besar.

Di luar Sri Lanka, Organisasi Mahasiswa Revolusioner Eelam dibentuk di Manchester dan London, Inggris yang kemudian menjadi tulang punggung gerakan Eelam di seluruh dunia. Mereka menyiapkan paspor dan lapangan pekerjaan bagi Imigran Tamil, tentu dengan imbalan membayar “biaya” yang besar kepada mereka. Gerakan mereka menjadi basis dari organisasi logistic gerakan Eelam, yang belakangan diambil alih sepenuhnya oleh Macan Pembebasan Tamil Eelam.

Macan Tamil
Logo resmi LTTE (Macan Tamil)
Pembentukan Front Persatuan Pembebasan Tamil atau Tamil united Liberation Front (TULF) pada 1957 dengan resolusi Vaddukkodei (Vattukottai) semakin memperkeras sifat perjuangan warga Tamil Sri Lanka. Front Persatuan Pembebasan Tamil mendukung gerakan-gerakan bersenjata yang dilakukan para pemuda militant Macan tamil Baru.

Kemenangan mutlak partai oposisi Partai Persatuan Nasional pada pemilihan umum 1977 menjadikan Front Persatuan Pembebasan Tamil sebagai partai oposisi utama, dengan mendapatkan dukungan suara sekitar seperenam dari seluruh jumlah pemilih. Front Persatuan Pembebasan Tamil ketika itu menjadikan pemisahan diri dari Sri Lanka menjadi flattfrom kampanyenya. Akan tetapi, Front Persatuan Pembebasan Tamil dan para pemimpin Tamil aggal mewujudkan janji-janji kampanye untuk pemisahan diri Tamil dari Sri Lanka sehingga mereka pun teralienasi dari warga Tamil pada umumnya.

Konflik politik di Sri Lanka yang berkelanjutan membuat generasi muda Tamil yang sangat sadar politik di wilayah timur dan utara Sri Lanka mulai membentuk kelompok-kelompok militant. Kelompok-kelompok ini berkembang terpisah dari kepemimpinan Tamil di Kolombo, dan pada akhirnya bahkan menolak dan bertekad menghabisi para pemimpin Tamil yang mereka anggap menghianati aspirasi warga tamil itu.

Kelompok paling terkemuka dari kelompok-kelompok militan itu adalah Macan Tamil Baru yang kemudian beralih nama menjadi Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTEE) pada 1976. Pada awalnya kelompok ini menggelar kegiatan-kegiatan kekerasan terhadap aparatur-aparatur negara, khususnya dengan menjadikan anggota polisi dan politisi Tamil moderat yang berusaha berdialog dengan pemerintah sebagai target serangan. Operasi besar pertama mereka adalah membunuh Wali Kota Jaffna Alfed Duraiappah pada 1975 oleh Prabhakaran.

Operasi pembunuhan tokoh-tokoh politik menjadi modus operasi pembunuhan tookoh-tokoh politik menjadi modus operasi awal Macan Tamil, yang tidak jarang dilakukan langsung oleh pemimpinnya, Prabhakaran. Hal itu, misalnya, terjadi ketika dilakukan operasi pembunuhan terhadap seorang anggota parlemen Tamil, M. Canagaratnam, pada 1977.

Terbakarnya sebuah perpustakaan publik di Jaffna pada 1981, yang dituduh dilakukan oleh polisi-polisi Sinhala, membuat warga Tamil semakin berang. Pada Juli 1983, Macan Tamil melancarkan serangan mematikan ke sebuah konvoi militer di utara Sri Lanka, yang menewaskan 13 prajurit.


Presiden Jayawardane dengan membangkitkan sentiment nasionalisme kemudian menggerakkan operasi anti Tamil di Kolombo, yang menyebabkan tewasnya ratusan warga Tamil. Empat ratus sampai 3.000 warga Tamil diperkirakan tewas pada peristiwa yang disebut “Juli Hitam” itu, yang kemudian menjadi awal apa yang disebuat Macan Tamil sebagai “Perang Eelam Pertama”. Perang Eelam pertama menandai dimulainya pemberontakan Macan Tamil yang berbuntut panjang hingga tahun 2009. 


Daftar Pusatka
Sukarjaputra, Yoki Raka. 2010. Auman Terakhir Macan Tamil, Perang Sipil Sri Lanka 1976-2009. Jakarta : Kompas Gramedia Nusantara.

Situs Resmi Departemen Pertahanan Sri Lanka (http://www.defence.lk)

Situs Kampanye Kelompok Macan Pembebasan Tamil Eelam : Tamilnation.org (http://tamilnation.org)

Situs Khusus Operasi Wanni (http://wannioperation.com)


Ditulis oleh : Jhon Miduk Sitorus