Iklan

BungMais.com
Saturday, October 12, 2019, 10:32:00 AM WIB
Last Updated 2019-10-12T02:32:38Z
BeritaBerita UtamaWiranto

Fakta SA Pelaku Penusukan Wiranto, Lulusan Fakultas Hukum yang Rumahnya Digusur untuk Pembangunan Tol

Advertisement
ANTARA FOTO/DOK. POLRES PANDEGLA
Menko Polhukam Wiranto (kedua kiri) diserang orang tak dikenal dalam kunjungannya di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019). Wiranto menderita luka dua tusukan di bagian perut dan polisi mengamankan dua tersangka suami istri Syahril dan Fitri Andriana yang diduga terpapar jaringan ISIS. 

Indolink.me - Kamis (10/10/2019) siang, SA mendekati Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto yang baru saja turun dari mobil di Alun-alu Menes, Pandeglang, Banteng.

SA berpura-pura ingin menyalami Wiranto seperti kebanyakan warga yang ingin bersalaman dengan pejabat.

Saat itu, Kapolsek Menes Kompol Daryanto menyambut Wiranto yang baru saja meresmikan gedung kuliah bersama Universitas Mathla'ul Anwar.

Namun, tiba-tiba SA mengeluarkan senjata tajam dan menusuk bagian perut Wiranto.

Semuanya berlangsung cepat. Wiranto nyaris tersungkur di jalan.

Kapolsek Menes yang berada di dekat Wiranto langsung mengamankan Abu Rara.
Tidak disangka, FD (sebelumnya disebut FA) seorang perempuan bercadar, istri SA, menyerang punggung Kapolsek.

Korban lain yang terluka adalah ajudan Wiranto dan Fuad Syauki, tokoh masyarakat setempat.
Wiranto yang terluka di bagian perut segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara dua pelaku ditangkap oleh polisi.


Pernah gunakan narkoba pil kurtak

SA kelahiran Medan tahun 1968. Saat ini dia berusia 51 tahun.

SA dikenal pintar dan cerdas. Dia menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Sumatera Utara.
Kala itu, SA dan keluarganya tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli.

Saat usianya 27 tahun, SA menikah dengan istrinya yang pertama yakni Netty pada 1995. Sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan 3 tahun.

Mereka bercerai.

Hal tersebut membuat SA frustrasi dan mengonsumsi narkoba jenis pik kurtak. Dia juga sering ikut judi togel.

"Sampai hitam keningnya disundutnya dengan api rokok setelah makan 12 butir kurtak. Itu di depanku," kata Alex (39), sahabat SA, di Medan.

Berangkat ke Malaysia

Seorang warga melintas di Jalan Alfakah VI, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Di balik tembok tersebut dulunya merupakan rumah SA, tersangka pelaku penyerangan terhadap Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis siang tadi (10/10/2019).
Setelah bercerai dengan istri pertama, SA berangkat ke Malaysia. Alex saat itu hanya mengetahui bahwa teman baiknya itu jalan-jalan ke Malaysia.

Lima bulan di negeri jiran, SA kembali dengan penampilan yang berbeda seperti menggunakan peci dan lebih agamis.
SA disebut juga rajin ke mushala untuk mengisi pengajian. Namun, SA menarik diri karena ceramah yang disampaikan tidak disukai warga. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya SA membuka depot air hingga rental PlayStation.
Namun, semua bisnisnya gagal. Ia pun bekerja serabutan.

Ditahan karena larikan anak gadis orang

Sekitar 2000-an, SA menikah untuk kedua kali dengan Yuni dan dikarunia dua anak perempuan.
Namun, pernikahan tersebut tidak disetujui oleh orangtua Yuni. SA dilaporkan polisi karena membawa anak gadis orang.

SA dipenjara selama tiga bulan dan Yuni diambil paksa oleh orangtuanya saat anak keduanya masih berumur 10 hari.

"Orangtua Yuni kan tak setuju dengan hubungan mereka. Keluarga Yuni berontak. Diambillah Yuni sama orangtuanya, dikasuskan dia sama orangtuanya karena melarikan orang. Dipolisikan," kata Alex.

Dua sahabat karib tersebut kembali bertemu pada 2013.

Kepada Alex, SA juga bercerita proyek yang ia garap di Sulawesi Selatan batal.
Padahal, menurut SA, keuntungan proyek tersebut rencananya akan digunakan untuk pergi ke Suriah.
"Kalau itu jadi, nanti akan digunakannya untuk pergi ke Suriah. Kalau saya, jihad itu ya untuk keluarga," kata Alex menirukan omongan sahabatnya.

Kepada Kompas.com, Kamis (10/10/2019), Alex bercerita terakhir kali bertemu dengan SA dan keluarga pada 2015.
"Sampai akhirnya dia meninggalkan rumah itu. Tak tahu ke mana. Sampai akhirnya sekarang. Tak tahu aku sampai segini. Berarti tekad dia sudah bulat. Gemblung," katanya.

Rumput dan pohon jambu yang berbuah

SA sempat kembali dan tinggal di Jalan Alfakah, Kelurahan Tanjung Mulia, Hilir, Kecamatan Medan Deli, pada 2015 selama dua bulan.

Ia tinggal dengan istrinya yang bercadar bersama dua anak perempuan dan dua anak lelaki.

Dua tahun lalu, rumah tersebut digusur untuk pembangunan jalan tol Tanjung Mulia-Helvetia.
"Itulah sejak digusur ya pergi mereka semua. Tak tahulah ke mana. Katanya ke Jawa. Sekarang ya kek gitulah bekas rumahnya," kata Silfi, tetangga SA di Medan.



Saat ini lokasi bekas rumah SA hanya tersisa rumput dan pohon jambu yang berbuah. Semuanya kini telah berubah.

SUMBER: KOMPAS.com (Dewantoro)